Pernah menemukan seseorang yang mempunyai timbunan barang ? apakah itu barang bekas atau bahkan kategori sampah yang menumpuk dan tak kunjung dibereskan ? atau jangan-jangan itu malah kamu sendiri ? sebaiknya segera evaluasi diri dan jangan ragukan bertanya pada ahlinya, bisa jadi itu gangguan Hoarding, apa itu ?
Gangguan Hoarding disorder adalah sebuah sifat yang cenderung hobi menimbun barang yang sudah tidak lagi dipakai, karena barang tersebut, seringnya dianggap akan diperlukan dan berguna di hari-hari mendatang, juga dianggap barang memiliki nilai historis, menjadi sesuatu yang berharga bahkan sentimentil.
Berbanding terbalik jika disejajarkan dengan para kolektor barang yang bisa merapikan dan merawat barang yang dikumpulkannya menjadi sesuatu yang apik, penderita hoarding ini atau yang juga disebut sebagai hoarder, dengan sembarangan menyimpan barang dan membiarkannya begitu saja.
Barang yang dikoleksi hoarder juga tidak memiliki nilai ataupun kegunaan, sehingga timbunan barang miliknya hanya akan memenuhi rumah, membuat ruang gerak menjadi terbatas, dan bisa membawa dampak buruk terhadap kesehatan.
Mencari dan menyimpan barang dalam jumlah berlebihan merupakan gejala awal hoarding disorder, karena gejala ini biasanya muncul pertama kali di masa remaja atau awal usia dewasa, elain gejala di atas, penderita hoarding disorder juga menunjukkan tanda seperti, sulit untuk membuang barang-barang yang tidak diperlukan, merasa cemas ketika hendak membuang barang yang tak berguna,sulit dalam mengambil keputusan,mencari benda lain dari luar rumah agar bisa ditimbun.
Ditambah terdapat rasa cemas atau tertekan saat benda miliknya disentuh orang lain, menyimpan barang sampai mengganggu fungsi ruangan di rumah, melarang orang lain membersihkan rumahnya, menjauhkan diri dari keluarga dan teman.
Penyebab hoarding
Faktor yang menyebabkan hoarding adalah adanya gangguan depresi serta OCD, karena hal ini diperburuk jika seseorang hidup sendiri dan tidak menikah, atau gagal mengatasi kesehedihan akibat kehilangan pasangan atau anggota keluarga.
Sikap hoarding juga dapat bermula dari kencintaan pada benda yang tidak masuk akal, dan perilaku membeli barang secara berlebihan karena ia mengganggap dengan membeli barang tersebut ia akan bahagia.
Mengatasi gejala hoarding
Seringnya jenis kelainan ini biasanya bermula sejak remaja atau dewasa muda dan akan semakin sulit ditangani setelah hoarder mencapai usia paruh baya, meski sangat mengganggu, tak sedikit orang yang tidak menyadari hal tersebut sebagai kelainan.
Sebagian ada pula yang menyadari gejala hoarding ini lantaran dari cerita seseorang atau tidak sengaja membaca artikel dari internet, tapi tidak ingin mencari bantuan dokter atau psikiater, baik karena malu atau merasa bersalah.
Karena memang sangat membutuhkan bantuan psikoterapi, para penderita hoarding disorder juga membutuhkan dukungan dan dampingan anggota keluarga guna memotivasinya untuk berubah, Hoarding disorder tidak bisa disepelekan, sehingga membutuhkan penanganan yang tepat agar hidup seorang hoarder tidak terganggu.
Hal-hal serupa bisa terjadi menimpa siapapun, tidak harus identik dengan barang yang sama, namun sifat kebiasaan dan kecenderungan menimbun barang dan merasa terdapat keterikatan antara diri dan barang tersebut, bisa menjadi gejala seperti yang dibahas diatas.
Sebagai bagian dari Obsessive compulsive disorder atau OCD, gangguan hoarding tentunya membutuhkan perhatian dan perawatan khusus, agar seseorang yang positif di vonis menderita gangguan ini dapat segera berubah dan sembuh dari hal yang di deritanya.
Agar sebaiknya sejak kecil setiap orang memang selalu sadar akan segala risiko hidupnya, seperti risiko kecelakaan atau menderita penyakit tertentu, bahkan sejak usia muda, seharusnya orang dibekali dengan asuransi jiwa atau asuransi kesehatan untuk perlindungan finansial dari kerugian akibat pengobatan, termasuk pengobatan mental.(Arm)