Keuangan keluarga ataupun pribadi wajib direncanakan dengan baik untuk kemapanan masa depan, selain dapat menata pola pikir dan masa depan anak cucu agar lebih menghargai uang dan membuat tujuan hidup berlandaskan keuangan di masa depan, mengelola arus kas pribadi, membuat skala prioritas keuangan dan menerapkan dalam perencanaan keuangan secara islami adalah kewajiban keluarga islami mandiri.
Kali ini kita akan membahas yang disebut dengan perencanaan keuangan syariah, dimana proses yang dijalankan memenuhi konsep keuangan syariah dan orientasi dunia dan akhirat, seperti membuat tujuan keuangan dengan produk syariah, perencanaan hak waris, hingga tujuan keuangan untuk ibadah Haji.
Contoh dalam mengelola arus kas, yang salah satu menjadi prioritas adalah pembayaran utang, infaq, alokasi investasi masa depan secara teratur, tidak ketinggalan juga pembayaran zakat. Begitupun tujuan perencanaan keuangan yang menyesuaikan prioritas dalam ajaran Islam, seperti ibadah Haji, pendidikan anak sekolah, dana cadangan saat sakit,
Produk investasi yang berlandaskan konsep syariah yang berfungsi sebagai instrumen investasi untuk perencanaan keuangan masa depan adalah deposito syariah, sukuk, reksadana syariah, begitupun merencanakan keuangan keluarga ataupun pribadi
sepatutnya hak waris, yang tentunya mengikuti aturan waris dalam Islam.
Sesuai prinsip syariah, maka perencanaan keuangan yang berkaitan dengan tujuan hidup seperti memulai menikah dengan niat ibadah, memiliki keturunan, memiliki kendaraan pribadi, rumah, berlibur, pendidikan anak, pergi haji, hingga menjelang
masa pensiun, kesemua siklus hidup tersebut tentunya memerlukan biaya yang sangat dianjurkan memakai prinsip keuangan syariah.
Meski begitu perlu ingat dan dipahami, bahwa dalam prinsip keuangan ada yang dinamakan Inflasi, yaitu peningkatan harga dan biaya hidup terus menerus, sehingga perbedaan biaya hidup kini dan nanti jelas berbeda, semisal pada 2006, uang 10ribu rupiah bisa digunakan untuk makan satu porsi lengkap 4 sehat 5 sempurna di warteg, berbeda dengan sekarang yang hanya bisa mendapatkan nasi uduk saja.
Dalam menghadapi Inflasi, perencanaan keuangan yang jitu adalah mengandalkan tabungan investasi seperti sukuk atau kepemilikan logam mulia maupun aset properti, dan harus lebih jeli melihat peluang untuk memutar tabungan agar dapat
diolah menjadi aset bisnis.
Kita tidak bisa mengatur harga bahan makanan akan tetapi kita bisa mengatur menu makanan kita. Kita tidak bisa mengatur tariff harga listrik dan BBM tetapi kita bisa mengatur pemakaiannya. Kita pun tidak bisa mengatur biaya pendidikan
anak kita tetapi kita bisa menyiapkan dananya sedini mungkin.
Banyak hal kecil berdampak besar pada keuangan kita, seperti mengajarkan anak ke kamar mandi sejak dini dapat menghemat biaya popok, mengatur pola makan dan olahraga rutin dapat menghemat biaya kesehatan bahkan dengan berhenti merokok
bisa menghemat uang untuk biaya di masa mendatang.
Contoh memulai penataan arus kas, gunakan maksimal cicilan utang sebesar 30% dari total pendapatan bulanan, dan gunakan maksimal 30% untuk investasi, terpenting alokasikan infaq, sedekah ataupun zakat dari 3 hingga 12% dari total pendapatan,
begitupun untuk kebutuhan tersier lainnya, keluarkan maksimal 20% pendapatan.
Sedangkan biaya hidup, gunakan maksimal hingga 35% dari pendapatan yang anda miliki, sederhananya jika saat itu anda mengalami defisit, solusi terbaiknya adalah tambah penghasilan dengan mencari pekerjaan sampingan atau, minimalkan
pengeluaran, akan lebih baik jika tabungan yang anda miliki dialokasikan sebagai instrumen bisnis, namun ingat terus prinsip keuangan syariah dan jauhkan diri dari hal-hal syubhat.
Merencanakan keuangan masa depan secara Islami, selain dapat membuat diri terhindar dari hal-hal Syubhat, juga dapat menerapkan sunnah Rasul karena berniat menjalankan ibadah Haji juga menghindarkan diri dari risiko riba, maka dengan asuransi syariah, dapat menyempurnakan niat baik menjalankan perencanaan keuangan Syariah.(Armin)