Dikenal sebagai obat yang mampu mengobati infeksi bakteri di saluran pernapasan, kelamin, kulit dan mata, namun beberapa artikel banyak menyebutkan bahwa obat ini mampu menyembuhkan gejala Covid-19, hingga akhirnya direvisi oleh WHO beberapa waktu lalu.
Journal of the American Medical Association (JAMA) menyebutkan bahwa Azithromycin tak lagi menjadi obat standar penyembuhan Covid-19, melalui uji coba acak, berdasar dosis tunggal antibiotik spektrum secara luas, obat ini tidak mengubah proporsi pasien Covid, yang melapor gejala hingga 14 hari.
Penelitian yang diadakan oleh University of California di San Fransisco, bersamaan dengan 263 pasien dewasa Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri, mendapat dosis 1,2gr oral sebanyak 171 orang, atau plasebo 92 orang sejak Mei 2020 hingga Maret 2021.
Baca Juga : Cara Cegah Varian Delta Covid-19
Peserta yang telah positif Covid dalam 7 hari terakhir, ternyata tidak mencegah perkembangan hingga 14 hari, tak ada perbedaan signifikan pada proporsi pasien hingga 14 hari lamanya.
Bahkan lebih banyak peserta pengobatan azitromisin melaporkan gangguang pencernaan di hari ke 3 di banding kelompok plasebo, mulai dari diare, sakit perut, mual dan lain sebagainya.
Meski begitu, tak ada efek samping berat hingga kematian, pada kelompok tes ini rata-rata Usia peserta 40 tahun lebih, 66% adalah wanita dengan 57% diantaranya wanita berkulit putih, 29% Latin atau Hispanik, yang diantara 76% nya telah menyelesaikan uji coba.
Pada hasil studi ini, serta dewan pemantau pelaksana, mengakhiri penelitian lebih cepat, pada 16 Maret, dengan analisis sementara yang menunjukkan hasil yang sia-sia.(Arm)