Mengenal dasar rencana keuangan adalah bagian dari menuju kekayaan, seperti kata pepatah, hemat pangkal kaya, di karenakan merencanakan bagaimana mengelola keuangan menjadi inti dari berhemat, agar dapat lebih mengontrol dan bijak dalam membelanjakan uang yang kita dapatkan dari hasil kerja keras.
Beberapa pendapat masyarakat tentang perencanaan keuangan adalah dengan pencatatan harta, hutang, cash-in cash-out, sehingga mampu menimbang atas pembagian uang berdasar kebutuhan-kebutuhan secara bijaksana, dengan hirarki primary nya, emergency fund, dana derma, tabungan, investasi, hiburan hingga kebutuhan tersier lainnya.
Tak sedikit pula 'society way' yang bertujuan dengan perencanaan keuangan adalah bagaimana mengelola uang dari cash-in, agar mampu memenuhi kebutuhan, dan menabubg uang cash tanpa harus di bank, serta mengontrol keinginan masa kini maupun yang akan datang, meski harus berhadapan dengan inflasi ataupun deflasi.
Kesemuanya bukanlah pendapat yang salah, namun berdasar manfaat dari cara merencanakan keuangan, lalu, bagaimanakah sebenarnya cara merencanakan keuangan itu?
Di kutip dari FPSBI (Financial Planning Standards Board Indonesia) definisi financial planning adalah, "Sebuah proses pencapaian tujuan seseorang berdasar Manajemen Keuangan secara terencana dan terintegrasi".
Terdapat 3 faktor utama pada pengertian perencanaan keuangan tersebut, yaitu Manajemen Keuangan, Tujuan Hidup dan Proses Yang Terencana, mari kita kupas satu per satu.
Manajemen Keuangan
Di fase ini, terdapat 6 perencanaan yang mendasari manajemen keuangan, yakni perencanaan dan mengatur cashflow, kemudian mengelola resiko yang akan terjadi dengan Asuransi, kemudian perencanaan Investasi, tentu jangan pernah lupakan Pajak, Perencanaan pada masa pensiun kelak, hingga Warisan atau hibah pada anggota keluarga nantinya.
Tujuan Hidup
Tentunya prioritas tiap orang berdasar tujuan hidup sangatlah bervariasi, apakah merencankaan pernikahan di waktu dekat ? kapan membeli properti ? akankah berencana pensiun dini ? memulai bisnis di usia berapa ? hingga berencana memiliki anak berapa ? semuanya kembali pada masing-masing perencana itu sendiri.
Contoh A, jika seorang berstatus single dengan tujuan hidup menikah dalam 3 tahun kedepan, membeli kendaraan berupa mobil / motor dan masih memiliki hobi travelling ke luar pulau atau ke luar negeri, tentu standar hidupnya termasuk di atas rata-rata orang dengan pemasukan UMR setiap bulannya.
Contoh B, seorang yang telah berkeluarga dan memiliki anak, menyiapkan dana pendidikan anak hingga perguruan tinggi, dana jaminan hari tua (pensiun dan kesehatan), menyelesaikan tanggungan (KPR, cicilan kendaraan) dala beberapa tahun kedepan, hingga perencanaan ibadah (Haji atau Tanah Suci Yerussalem).
Di atas tersebut adalah contoh dari perbedaan latar belakang seseorang untuk memprioritaskan tujuan hidup, berdasar usia, siklus kehidupan, dengan output pertanyaan
"bagaimanakah cara saya mencapai target hidup yang di mulai dengan kondisi sekarang ini ?"
Berbeda juga dengan cara berinvestasi maupun berasuransi kelak, karena bahasan di sini adalah usia, di mana konversi perhitungan uang menjadi waktu, sangat di tentukan di sini.
Pertama, hal yang paling penting untuk di jalankan adalah manajemen cashlow yang termasuk di dalamnya adalah neraca keuangan, mengenai cashflow, sedikitnya saat kita belajar akuntansi pernah memahami kas masuk dan kas keluar, di mana terdapat prinsip dasar yakni, jika tak memiliki pendapatan lebih, tentu berhemat adalah solusi satu-satunya, begitupun jika berhemat rasanya mustahil, pastikan bisa menambah penghasilan, entah dari berjualan atau bekerja sampingan, jika dasar-dasar seperti ini dapat di penuhi, saatnya menstabilkan cashflow dengan cara memeriksa keuangan yang berdasar dari neraca keuangan standar pribadi masing-masing, dari sini kita bisa memeriksa, pengeluaran-pemasukan keuangan, dengan rasio keuangan yang pernah di pelajari dalam hal akuntansi.
Jika dari neraca tersebut sudah stabil, pastikan keuangan masa depan dengan cara berinvestasi, atau menjalankan bisnis, lalu persiapkan juga asuransi untuk masa depan, termasuk asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan.
Umumnya, jika kita mampu bekerja secara disiplin dalam manajemen cashflow pribadi serta menghitung rasio perputaran keuangan, tentu kita bisa menilai seberapa boros atau hemat bahkan pelitnya kita? karena dapat berdampak negatif jika kita ceroboh dalam mengatur keuangan.(Arm)