Kehidupan modern tidak terbayangkan tanpa listrik. Itu menerangi rumah, gedung, dan jalan; menyediakan panas domestik dan industri; dan menggerakkan sebagian besar peralatan dan mesin yang digunakan di rumah, kantor, dan pabrik.
Batubara adalah sumber listrik yang paling melimpah di seluruh dunia, saat ini menyediakan lebih dari 36% listrik global. Pembangkit listrik berbahan bakar batubara menyumbang hampir seperempat dari listrik di Indonesia.
Di Indonesia, batu bara adalah sumber energi "yang ditanam di rumah". Tambang Indonesia menyumbang hampir semua batu bara yang digunakan untuk menyediakan listrik di dalam negeri. Sebaliknya, sumber energi penting lainnya, termasuk nuklir dan energi terbarukan, sangat bergantung pada mineral impor untuk bahan bakar reaktor nuklir atau membangun turbin angin dan panel surya.1 Namun, teknologi tersebut menghasilkan nol emisi. Akibatnya, pembangkit listrik dari batu bara telah menurun dan mendukung sumber tersebut dan sumber lainnya.
Pembangkit listrik tenaga batu bara menyediakan daya yang terjangkau, andal, dan konstan yang tersedia sesuai permintaan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi energi. Karena sebagian besar dunia tidak memiliki akses ke energi modern dan bersih, batu bara masih penting untuk mengurangi kemiskinan energi di seluruh dunia. Tantangan yang dihadapi industri terletak pada pengembangan teknologi dan jalur menuju nol emisi, terutama karbon dioksida, yang diidentifikasi oleh para ilmuwan sebagai faktor dalam perubahan iklim.
Batubara juga melayani banyak keperluan industri. Di antara yang paling signifikan adalah produksi baja, yang menggunakan batubara metalurgi/kokas, dan pembuatan semen. Produk sampingan batubara dan batubara juga digunakan untuk memproduksi berbagai barang, termasuk karbon aktif yang digunakan dalam filter untuk sistem pemurnian air dan udara; serat karbon dalam konstruksi pesawat terbang dan mobil; logam silikon untuk pelumas dan bahkan proses kimia untuk mengekstraksi unsur tanah jarang, hanyalah beberapa contoh.(rsv)