Baru-baru ini IMF merilis pernyataan resmi mengenai prediksi beberapa negara yang akan mengalami kebangkrutan karena hampir 70 negara mengalami ancaman inflasi dan kembali resesi seperti pandemi lalu, mimpi buruk kebangkrutan negara itu menjadi momok yang kian nyata.
Dimulai dari resesi, apa itu resesi ? Resesi merupakan saat di mana pertumbuhan ekonomi suatu negara yang mengalami penurunan dalam dua kuartal berturut-turut, biasanya ditandai dengan turunnya daya beli masyarakat dan meningkatnya angka pengangguran. Bedanya resesi dengan krisis, dampak dari resesi lebih merata di seluruh sektor ekonomi, beberapa hal yang jadi penyebab resesi misalnya adalah guncangan ekonomi akibat pandemi, utang yang terlalu berlebihan, serta investasi yang kurang efisien.
Sedangkan krisis ekonomi dipahami sebagai adanya shock pada sistem perekonomian di suatu negara. Akibatnya terjadi kontraksi pada instrumen perekonomian di negara tersebut, seperti nilai aset ataupun harga, berbeda dengan resesi ekonomi dan depresi ekonomi, suatu negara disebut mengalami krisis ekonomi jika pertumbuhan ekonominya mengalami kontraksi meskipun hanya satu kuartal.
Namun, variabel suatu negara mengalami krisis tidak hanya dilihat dari pertumbuhan ekonominya, melainkan ada multidimensi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara.Josua mengatakan krisis ekonomi biasanya muncul akibat kondisi keuangan global yang terganggu dan memberikan dampak yang signifikan, semisal nilai tukar mata uang, peningkatan utang negara yang signifikan dan inflasi yang relatif tinggi.
Sedangkan inflasi adalah kondisi terjadinya kenaikan harga barang dan jasa secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu, akibat terjadinya inflasi adalah dapat membuat daya beli masyarakat menurun, jika daya beli menurun dalam kurun waktu tertentu, otomatis menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun yang dapat berujung pada resesi.
Penyebab inflasi adalah karena bertambahnya peredaran uang di masyarakat, biaya produksi yang meningkat serta adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran, sehingga adanya inflasi dapat berpotensi pula menjadi penyebab terjadinya krisis, bahkan resesi.Indonesia bukan tak mungkin mengalami depresi jika ekonominya tak berbalik positif hingga kuartal III 2022 mendatang, hal tersebut bisa terjadi jika pemerintah tak memiliki ancang-ancang atau skenario yang matang dalam menangani dampak inflasi yang terjadi.
Menurut beberapa ahli ekonomi dalam negeri resesi ekonomi yang terjadi saat ini sudah mengarah pada pemulihan ekonomi, karenanya jika tren perbaikan ini terus berlanjut, maka pertumbuhan ekonomi akan kembali membaik dan kembali menjadi positif.(Arm)